MAKALAH
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN INTELIGENSI

Disusun
guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Informasi Manajemen
Oleh :
Endah Sri Hedyarini
11130077
Dosen :
Septia
Lutfi Skom, MKom
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
BANK BPD JATENG
SEMARANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen yang di ampu oleh Bapak
Septia Lutfi, Skom, MKom. yang merupakan syarat tugas disetiap pertemuan mata
kuliah. Meskipun dalam
penyusunan makalah ini penulis banyak menemukan hambatan dan kesulitan, tetapi
karena motivasi dan dorongan dari berbagai pihak makalah ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari
bahwa “tiada gading yang tak retak,” tentunya tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca
akan dijadikan motivasi demi penyempurnaan dan perkembangan selanjutnya. Penulis
berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.
Semarang, 9 Desember 2015
Penulis,
DAFTAR
ISI
JUDUL...................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR.............................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................. 3
PENDAHULUAN........................................................................................... ........ 4
A.
Latar
Belakang............................................................................................... 4
B.
Rumusan
Masalah.......................................................................................... 4
C.
Tujuan............................................................................................................ 5
D.
Manfaat.......................................................................................................... 5
PEMBAHASAN....................................................................................................... 6
PENUTUP................................................................................................................. 14
Kesimpulan................................................................................................................ 14
Saran.......................................................................................................................... 14
Saran.......................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Manusia adalah makhluk paling sempurna di antara
makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT di bumi ini. Diberinya daya cipta, rasa dan
karsa yang memungkinkan manusia untuk berbuat lebih besar dari pada otak mereka
yang kecil. Kekuatan berpikir itulah yang sering disebut-sebut dengan intelegensi.
Manusia yang mempunyai intelegensi yang tinggi, tentulah mereka lebih unggul
daripada manusia yang memiliki intelegesi yang rendah. Intelegensi merupakan
kemampuan yang dibawa sejak lahir, bukan timbul secara tiba-tiba. Yang
memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Intelegensi juga
dapat dipahami sebagai kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan
penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah.
Intelegensi merupakan salah satu konsep yang dipelajari
dalam psikologi. Pada hakekatnya, semua orang sudah merasa memahami makna
intelegensi. Sebagian orang berpendapat bahwa intelegensi merupakan hal yang
sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan.
Intelegensi erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Banyak problem
– problem manusia yang berhubungan dengan intelegensi. Dalam dunia
pendidikanpun, intelegensi merupakan hal yang sangat berkaitan. Seolah – olah
intelegensi merupakan penentu keberhasilan untuk mencapai segala sesuatu yang
diinginkan, dan merupakan suatu penentu keberhasilan dalam semua bidang
kehidupan. Untuk mengetahui tentang apa sebenarnya makna intelegensi, akan
dijelaskan lebih lanjut dalam makalah ini.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Dari latar belakang di
atas maka dapat di ambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa definisi dari inteligensi?
2. Apa jenis – jenis inteligensi?
3. Apa faktor – faktor yang
mempengaruhi inteligensi?
4. Apa saja hal – hal yang
berhubungan dengan inteligensi?
C.
TUJUAN
Dari latar belakang di
atas maka dapat diambil tujuan penulisan sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui definisi dari inteligensi.
2.
Untuk
mengetahui jenis – jenis inteligensi.
3.
Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi inteligensi.
4.
Untuk mengetahui apa saja hal – hal yang berhubungan dengan inteligensi.
D. MANFAAT
PENULISAN
Dari latar belakang di
atas maka dapat diambil manfaat penulisan sebagai berikut :
1. Agar
pembaca dapat mengetahui definisi dari inteligensi.
2. Agar pembaca dapat mengetahui
jenis – jenis inteligensi.
3. Agar pembaca dapat mengetahui
faktor – faktor yang mempengaruhi inteligensi.
4. Agar pembaca dapat mengetahui
apa saja hal – hal yang berhubungan dengan inteligensi.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Inteligensi
Konsep Inteligensi menimbulkan kontroversi dan debat panas, sering kali sebagai
reaksi terhadap gagasan bahwa setiap orang punya
kapasitas mental umum yang dapat di ukur dan dikuantifikasikan dalam angka.
Inteligensi adalah suatu istilah yang popular. Hampir
semua orang sudah mengenal istilah tersebut, bahkan mengemukakannya. Seringkali
kita dengar seorang mengatakan si A tergolong pandai atau cerdas (inteligen)
dan si B tergolong bodoh atau kurang cerdas (tidak inteligen). Istilah
inteligen sudah lama ada dan berkembang dalam masyarakat sejak
zaman Cicero yaitu kira-kira dua ribu tahun yang lalu dan merupakan
salah satu aspek alamiyah dari seseorang. Inteligensi bukan merupakan kata asli
yang berasal dari bahasa Indonesia. Kata inteligensi adalah kata yang berasal
dari bahasa latin yaitu“inteligensia“. Sedangkan kata “ inteligensia “ itu
sendiri berasal dari kata “inter dan lego”, inter yang berarti di antara, sedangkan lego berarti memilih. Sehingga inteligensi pada
mulanya mempunyai pengertian kemampuan untuk memilih suatu penalaran terhadap
fakta atau kebenaran.
Menurut W. Stem dalam Abu Ahmadidan Widodo Supriyono mengemukakan
inteligensi
adalah suatu daya jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat di
dalam situasi yang baru. Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk
bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi
lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa
inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir
secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara
langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang
merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Menurut Wangmuba inteligensi merupakan suatu konsep mengenai
kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam
kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik.
Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi
yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau ketrampilan tertentu
setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat atau Aptitude. Karena
suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan
khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi.
K. Buhler mengatakan bahwa inteligensi adalah perbuatan
yang disertai dengan pemahaman atau pengertian. David Wechster (1986).
Definisinya mengenai inteligensi mula-mula sebagai kapasitas untuk mengerti ungkapan dan
kemauan akal budi untuk mengatasi tantangan-tantangannya. Namun di lain kesempatan
ia mengatakan bahwa inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir
secara rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Beberapa pakar
menyebutkan bahwa inteligensi sebagai keahlian untuk memecahkan masalah.
Inteligensi merupakan potensi bawaan yang sering dikaitkan dengan berhasil
tidaknya anak belajar disekolah. Dengan kata lain, intilegensi di anggap sebagai
faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya anak disekolah. Kecerdasan
(Inteligensi) secara umum dipahami pada dua tingkat yakni: kecerdasan sebagai
suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan
kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah
yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian
pengetahuan pun bertambah. Sternberg dalam Santrock mengatakan bahwa secara
umum inteligensi
dibedakan menjadi 3 di antaranya :
1.
Inteliginsi Analitis
Yaitu kecerdasan yang lebih cenderung dalam proses
penilaian objektif dalam suatu pembelajaran dalam setiap pelajaran, selalu
mendapatkan nilai yang bagus dalam setiap hasil ujian. Misalnya: seorang
individu dalam ujian disetiap pelajarannya selalu mendapatkan nilai di atas
rata-rata.
2.
Inteligensi
Kreatif
Yaitu kecerdasan yang lebih cenderung pada sifat-sifat
yang unik, merancang hal-hal yang baru. Misalnya, seorang peserta didik di instrusikan untuk
menuliskan kata “P O H O N” oleh gurunya, tetapi jawaban seorang individu yang
kreatif dengan menggambarkan sebuah pohon.
3.
Inteligensi
Praktis
Yaitu kecerdasan yang berfokus pada kemampuan untuk
menggunakan, menerapkan, mengimplementasikan, dan mempraktikan. Misalnya:
seorang individu mendapatkan skor rendah dalam tes IQ tradisional, tetapi
dengan cepat memahami masalah dalam kehidupan nyata, contohnya dalam
pembelajaran praktikum di laboratorium, akan cepat memahami karena dibantu
dengan berbagai peralatan dan media.
2.
Jenis - jenis Inteligensi
Ada beberapa jenis inteligensi, antara lain :
a.
Inteligensi
keterampilan verbal
Yaitu kemampuan untuk berpikir dengan kata-kata dan
menggunakan bahasa untuk mengungkapkan makna. Contohnya: seorang anak harus
berpikir secara logis dan abstrak untuk menjawab sejumlah pertanyaan tentang
bagaimana beberapa hal bisa menjadi mirip. Contoh pertanyaannya “Apa persamaan
Singa dan Harimau”?. Cenderung arah profesinya menjadi: (penulis, jurnalis,
pembicara).
b.
Inteligensi
keterampilan matematis
Yaitu kemampuan untuk menjalankan operasi matematis.
Peserta didik dengan kecerdasan logical mathematical yang tinggi memperlihatkan
minat yang besar terhadap kegiatan eksplorasi. Mereka sering bertanya tentang
berbagai fenomena yang dilihatnya. Mereka menuntut penjelasan logis dari setiap
pertanyaan. Selain itu mereka juga suka mengklasifikasikan benda dan senang
berhitung. Cenderung profesinya menjadi: (ilmuwan, insinyur, akuntan)
c.
Inteligensi
kemampuan ruang
Yaitu kemampuan untuk berpikir secara tiga dimensi.
Cenderung berpikir secara visual. Mereka kaya dengan khayalan internal
(Internal imagery) sehingga cenderung imaginatif dan kreatif. Contohnya seorang anak harus
menyusun serangkaian balok dan mewarnai agar sama dengan rancangan yang
ditunjukan penguji. Koordinasi visual-motorik, organisasi persepsi, dan
kemampuan untuk memvisualisasi dinilai secara terpisah. Cenderung menjadi
profesi arsitek, seniman, pelaut.
d.
Inteligensi
kemampuan musical
Yaitu kepekaan terhadap pola tangga nada, lagu, ritme,
dan mengingat nada-nada. Ia juga dapat mentransformasikan kata-kata menjadi
lagu, dan menciptakan berbagai permainan musik. Mereka pintar melantunkan beat
lagu dengan baik dan benar. Mereka pandai menggunakan kosa kata musical, dan
peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau warna suara dalam sebuah komposisi
musik.
e.
Inteligensi
Keterampilan kinestetik tubuh
Yaitu kemampuan untuk memanipulasi objek dan mahir
sebagai tenaga fisik. Senang bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki control
pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan ke anggunan dalam bergerak.
Mereka mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya. Cenderung berprofesi menjadi
ahli bedah, seniman yang ahli, penari.
f.
Inteligensi
Keterampilan intrapersonal
Yaitu kemampuan untuk memahami diri sendiri dengan
efektif mengarahkan hidup seseorang. Memiliki kepekaan perasaan dalam situasi
yang tengah berlangsung, memahami diri sendiri, dan mampu mengendalikan diri
dalam konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak
dapat dilakukan dalam lingkungan social. Mereka mengetahui kepada siapa harus
meminta bantuan saat memerlukan. Cenderung berprofesi menjadi teolog, psikolog.
g.
Inteligensi
keterampilan interpersonal
Yaitu kemampuan untuk memahami dan secara efektif
berinteraksi dengan orang lain. Pintar menjalin hubungan social, serta mampu
mengetahui dan menggunakan beragam cara saat berinteraksi. Mereka juga mampu
merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku dan harapan orang lain, serta mampu
bekerja sama dengan orang lain.
h.
Inteligensi
keterampilan naturalis
Yaitu kemampuan
untuk mengamati pola di alam serta memahami system buatan manusia dan alam.
Menonjol ketertarikan yang sangat besar terhadap alam sekitar, termasuk pada
binatang, diusia yang sangat dini. Mereka menikmati benda-benda dan cerita yang
berkaitan dengan fenomena alam, misalnya terjadinya awan, dan hujan, asal-usul
binatang, peumbuhan tanaman, dan tata surya.
i.
Inteligensi
emosional
Yaitu kemampuan untuk merasakan dan mengungkapkan emosi secara
akurat dan adaptif (seperti memahami persfektif orang lain).
Orang yang berjasa menemukan tes inteligensi pertama kali ialah
seorang dokter bangsa Prancis Alfred Binet dan pembantunya Simon. Tesnya
terkenal dengan nama tes Tes Binet-Simon. Seri tes dari Binet-Simon ini,
pertama kali di umumkan antara 1908-1911 yang diberi nama : “Chelle Matrique de
l’inteligence” atau skala pengukur kecerdasan. Tes binet-simon terdiri dari
sekumpulan pertanyaan-pertanyaan yang telah dikelompok-kelompokkan menurut umur
(untuk anak-anak umur 3-15 tahun). Pertanyaan-pertanyaaan itu sengaja dibuat
mengenai segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan pelajaran di sekolah.
Seperti mengulang kalimat, dengan tes semacam inilah usia seseorang di ukur atau
ditentukan. Dari hasil tes itu ternyata tidak tentu bahwa usia kecerdasan itu
sama dengan usia sebenarnya (usia kalender). Sehingga dengan demikian kita
dapat melihat adanya perbedaan-perbedaan IQ (Inteligentie Quotient) pada
tiap-tiap orang/anak.
Dewasa ini perkembangan tes itu demikian majunya sehingga sekarang
terdapat beratus-ratus macam tes, baik yang berupa tes verbal maupun nonverbal.
Juga di negeri kita sudah mulai banyak dipergunakan tes, dalam lapangan
pendidikan maupun dalam memilih jabatan-jabatan tertentu. Klasifikasi IQ antara
lain :
Ø Genius 140 ke atas
Ø Sangat Cerdas 130-139
Ø Cerdas (superior) 120-12
Ø Di atas rata-rata 110-119
Ø Rata-rata 90-109
Ø Di bawah rata-rata 80-89
Ø Garis Batas 70-79
Ø Moron 50-69
Ø Imbisil, Idiot 49 ke bawah
3.
Faktor
yang mempengaruhi Inteligensi
Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap individu
memiliki tingkat inteligensi yang berbeda.Perbedaan inteligensi itu, dipengaruhi
oleh faktor-faktor sebagai berikut :
a.
Pengaruh
faktor bawaan
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu yang
berasal dari suatu keluarga, atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka
berkolerasi tinggi ( + 0,50 ) orang yang kembar ( + 0,90 )
yang tidak bersanak saudara ( + 0,20 ), anak yang di adopsi
korelasi dengan orang tua angkatnya ( + 0,10 – +0,20 ).
b.
Pengaruh
faktor lingkungan
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Oleh
karena itu ada hubungan antara pemberian makanan bergizi dengan intelegensi
seseorang. Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh
lingkungan yang amat penting selain guru, rangsangan-rangsangan yang bersifat
kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting,
seperti pendidikan, latihan berbagai keterampilan, dan lain-lain (khususnya
pada masa-masa peka). Ada beberapa lingkungan yang berpengaruh terhadap
inteligensi,
antara lain :
·
Lingkungan
keluarga;
·
Pengalaman
pendidikan.
c.
Stabilitas
inteIigensi dan IQ
Inteligensi bukanlah IQ. Inteligensi merupakan suatu konsep umum tentang kemampuan individu, sedang
IQ hanyalah hasil dari suatu tes inteligensi itu (yang notabene hanya mengukur sebagai
kelompok dari inteligensi). Stabilitas inteligensi tergantung perkembangan organik otak.
d.
Pengaruh
faktor kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang
jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya (berkaitan erat dengan
umur).
e.
Pengaruh
faktor pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan inteligensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja (seperti disekolah)
dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).
f.
Minat
dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan
dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan
(motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Apa
yang menarik minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih
baik.
g.
Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang
tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih
metode, juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.
Semua faktor tersebut di atas bersangkutan satu sama lain. Untuk
menentukan inteligensi atau tidaknya seseorang, kita tidak dapat hanya berpedoman
kepada salah satu faktor tersebut, karena inteligensi adalah faktor total. Keseluruhan pribadi
turut serta menentukan dalam perbuatan inteligensi seseorang.
4.
Beberapa
hal yang berhubungan dengan Inteligensi
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam masalah inteligensi, antara lain :
a.
Inteligensi
Dengan Bakat
Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kamampuan
umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dalam kemampuan yang
umum ini terdapat keampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan ini
memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya
pengetahuan, kecakapan, atau keterampilan tertentu setelah melalui suatu
latihan. Inilah yang disebut bakat atau aptitude. Karena suatu tes inteligensi
tidak dirancang khusus untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka
bakat tidak dengan segera diketahui lewat tes inteligensi. Demikian juga,
karena rangsang lingkungan dengan tidak sadar selalu di arahkan pada
kemampuan-kemampuan khusus ini maka bakat tidak selalu dengan sendirinya
menampakkan diri.
Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut
aptitude test atau tes bakat. Karena sifatnya khusus, maka tes ini dirancang
khusus untuk mengungkap kemampuan yang amat spesifik.
b.
Inteligensi
dan Kreativitas
Kreatifitas merupakan salah satu ciri
dari perilaku yang inteligen karena keativitas juga merupakan manifestsi dari
suatu proses kognitif, meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dengan
inteligensi tidak selalu menunjukkan keselarasannya. Walaupun
ada anggapan kreatifitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan
inteligensi, tetapi bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian tidak mendukung
pendapat itu. Skor IQ yang rendah memang di ikuti tingkat kreativitas
yang rendah, namun semakin tinggi skor IQ tidak selalu di ikuti oleh
tingkat keativitas yang tinggi. Sampai pada skor IQ tertentu, masih dapat
korelasi yang cukup berarti.
Permasalahan di atas menimbulkan banyak pertanyaan mengapa ini
terjadi. Salah satu jawabannya diberikan oleh J. P. Guilfrod. Ia menjelaskan
bahwa kreatifitas adalah suatu proses berfikir yang bersifat divergen, yaitu
kemampuan untuk memberikan alternatif jawaban berdasarkan informasi yang
diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses
berfikir yang bersifat konvergen, yakni kemampuan untuk memberikan satu jawaban
atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan
c.
Hubungan
inteligensi dengan kehidupan
Memang kecerdasan/intelegensi seseorang memainkan
peranan yang penting dalam kehidupannya. Akan tetapi kehidupan adalah sangat
kompleks, inteligensi bukan satu-satunya faktor yang menentukan sukses tidaknya
kehidupan seseorang. Banyak lagi faktor yang lain, seperti faktor kesehatan dan
ada tidaknya kesempatan. Orang yang sakit-sakitan saja meskipun inteligensinya tinggi dapat
gagal dalam usaha mengembangkan dirinya dalam kehidupannya. Demikian pula
meskipun cerdas jika tidak ada kesempatan mengembangkan dirirnya dapat gagal
pula.
Juga watak (pribadi) seseorang sangat berpengaruh dan turut
menentukan. Banyak di antara orang-orang yang sebenarnya memiliki inteligensi yang cukup tinggi,
tetapi tidak mendapat kemajuan dalam kehidupannya. Ini disebabkan karena
misalnya, kekurangan-mampuan bergaul dengan orang-orang lain dalam masyarakat, atau kurang
memiliki cita-cita yang tinggi, sehingga tidak/kurang adanya usaha untuk
mencapainya.
Sebaliknya, ada pula seorang yang sebenarnya memiliki inteligensi yang sedang saja,
dapat lebih maju dan mendapat kehidupan yang lebih layak berkat ketekunan dan
ke uletannya dan tidak banyak faktor-faktor yang menggangggu atau yang
merintanginya. Akan tetapi, intelejensi yang rendah
menghambat pula usaha seseorang untuk maju dan berkembang. Meskipun orang itu ulet
dan bertekun dalam usahanya. Sebagai kesimpulan dapat kita katakan: Kecerdasan
atau intelijensi
seseorang memberi kemungkinan bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu
dalam kehidupannya. Sampai dimana kemungkinan tadi dapat direalisasikan,
tergantung pula kepada kehendak dan pribadi serta kesempatan yang ada. Jelaslah
sekarang bahwa tidak terdapat korelasi yang tetap antara tingkatan inteligensi dengan tingkat
kehidupan seseorang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam
pembahasan Inteligensi memang harus benar-benar dipahami secara teliti biar kita
semua bisa tahu apa Inteligensi itu sendiri. Yang lebih penting lagi yang harus dipahami
secara detail dalam pembagian kecerdasan/tingkat kecerdasan, dengan memahami
tingkat kecerdasan itu kita bisa tahu bahwa dalam diri kita ini ada kecerdasan
yang tidak pernah kita sadari meski dalam sekolah-sekolah kita tidak pernah
mendapatkan rangking, orang selalu menganggap bahwa orang yang cerdas adalah
orang yang dapat rangking kelas dan yang bisa jawab soal ujian, namun orang
yang mampu dalam menghias, main musik tidak di anggap kecerdasan. Dari
itu, sangat perlulah kita memahami inteligensi dan tingkat inteligensi sehingga tidak ada
kesalahpahaman dalam mengartikan inteligensi itu sendiri.
Inteligensi juga mempunyai
hubungan dan perbedaan dengan bakat maupun kreativitas, tapi yang perlu kita
ketahui, bakat dan kreativitas adalah hasil yang didapat dari inteligensi itu sendiri.
B. Saran
Berdasarkan kenyataan dilapangan, kita
dapat menemukan beberapa pengajar yang masih kurang memperhatikan dalam
pengembangan inteligensi anak didiknya, maka dari itu kita sebagai calon-calon
pendidik masa depan harus mempersiapkan sejak dini rencana-rencana pengajaran
yang merujuk pada pengembangan inteligensi sehingga kreativitas anak-anak didik
mengalami kemajuan dimasa yang akan datang.
Dari hasil makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua
umumnya kami pribadi. Dan segala yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk
datangnya dari diri saya. Penyusun sadar bahwa makalah kami ini jauh dari kata
sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harapkan saran dan kritik nya
yang bersifat membangun, untuk perbaikan karya ilmiah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
John, W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta :
Kencana, 2011, cet-4, hal : 134
Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi
Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 1991, hal : 32
Dikutip dari : http://yogieaffandi.blogspot.com/2011/09/pengertian-intelegensi.html,
17-11-2012
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta :
Rineka Cipta, 2011, hal : 135
Fauziah Nasution, Psikologi Umum, Fakultas Tarbiyah : IAIN
SU, 2011, hal : 47-48
Dikutip dari : http://rudisiswoyo89.blogspot.co.id/2013/11/makalah-intelegensi.html, 08-12-2015
Dikutip dari : http://laili-masruroh.blogspot.co.id/2013/01/makalah-intelegensi.html, 08-12-2015
Disusun
guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Informasi Manajemen
Oleh :
Endah Sri Hedyarini
11130077
Dosen :
Septia
Lutfi Skom, MKom
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
BANK BPD JATENG
SEMARANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen yang di ampu oleh Bapak
Septia Lutfi, Skom, MKom. yang merupakan syarat tugas disetiap pertemuan mata
kuliah. Meskipun dalam
penyusunan makalah ini penulis banyak menemukan hambatan dan kesulitan, tetapi
karena motivasi dan dorongan dari berbagai pihak makalah ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari
bahwa “tiada gading yang tak retak,” tentunya tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca
akan dijadikan motivasi demi penyempurnaan dan perkembangan selanjutnya. Penulis
berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.
Semarang, 9 Desember 2015
Penulis,
DAFTAR
ISI
JUDUL...................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR.............................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................. 3
PENDAHULUAN........................................................................................... ........ 4
A.
Latar
Belakang............................................................................................... 4
B.
Rumusan
Masalah.......................................................................................... 4
C.
Tujuan............................................................................................................ 5
D.
Manfaat.......................................................................................................... 5
PEMBAHASAN....................................................................................................... 6
PENUTUP................................................................................................................. 14
Kesimpulan................................................................................................................ 14
Saran.......................................................................................................................... 14
Saran.......................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Manusia adalah makhluk paling sempurna di antara
makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT di bumi ini. Diberinya daya cipta, rasa dan
karsa yang memungkinkan manusia untuk berbuat lebih besar dari pada otak mereka
yang kecil. Kekuatan berpikir itulah yang sering disebut-sebut dengan intelegensi.
Manusia yang mempunyai intelegensi yang tinggi, tentulah mereka lebih unggul
daripada manusia yang memiliki intelegesi yang rendah. Intelegensi merupakan
kemampuan yang dibawa sejak lahir, bukan timbul secara tiba-tiba. Yang
memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Intelegensi juga
dapat dipahami sebagai kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan
penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah.
Intelegensi merupakan salah satu konsep yang dipelajari
dalam psikologi. Pada hakekatnya, semua orang sudah merasa memahami makna
intelegensi. Sebagian orang berpendapat bahwa intelegensi merupakan hal yang
sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan.
Intelegensi erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Banyak problem
– problem manusia yang berhubungan dengan intelegensi. Dalam dunia
pendidikanpun, intelegensi merupakan hal yang sangat berkaitan. Seolah – olah
intelegensi merupakan penentu keberhasilan untuk mencapai segala sesuatu yang
diinginkan, dan merupakan suatu penentu keberhasilan dalam semua bidang
kehidupan. Untuk mengetahui tentang apa sebenarnya makna intelegensi, akan
dijelaskan lebih lanjut dalam makalah ini.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Dari latar belakang di
atas maka dapat di ambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa definisi dari inteligensi?
2. Apa jenis – jenis inteligensi?
3. Apa faktor – faktor yang
mempengaruhi inteligensi?
4. Apa saja hal – hal yang
berhubungan dengan inteligensi?
C.
TUJUAN
Dari latar belakang di
atas maka dapat diambil tujuan penulisan sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui definisi dari inteligensi.
2.
Untuk
mengetahui jenis – jenis inteligensi.
3.
Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi inteligensi.
4.
Untuk mengetahui apa saja hal – hal yang berhubungan dengan inteligensi.
D. MANFAAT
PENULISAN
Dari latar belakang di
atas maka dapat diambil manfaat penulisan sebagai berikut :
1. Agar
pembaca dapat mengetahui definisi dari inteligensi.
2. Agar pembaca dapat mengetahui
jenis – jenis inteligensi.
3. Agar pembaca dapat mengetahui
faktor – faktor yang mempengaruhi inteligensi.
4. Agar pembaca dapat mengetahui
apa saja hal – hal yang berhubungan dengan inteligensi.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Inteligensi
Konsep Inteligensi menimbulkan kontroversi dan debat panas, sering kali sebagai
reaksi terhadap gagasan bahwa setiap orang punya
kapasitas mental umum yang dapat di ukur dan dikuantifikasikan dalam angka.
Inteligensi adalah suatu istilah yang popular. Hampir
semua orang sudah mengenal istilah tersebut, bahkan mengemukakannya. Seringkali
kita dengar seorang mengatakan si A tergolong pandai atau cerdas (inteligen)
dan si B tergolong bodoh atau kurang cerdas (tidak inteligen). Istilah
inteligen sudah lama ada dan berkembang dalam masyarakat sejak
zaman Cicero yaitu kira-kira dua ribu tahun yang lalu dan merupakan
salah satu aspek alamiyah dari seseorang. Inteligensi bukan merupakan kata asli
yang berasal dari bahasa Indonesia. Kata inteligensi adalah kata yang berasal
dari bahasa latin yaitu“inteligensia“. Sedangkan kata “ inteligensia “ itu
sendiri berasal dari kata “inter dan lego”, inter yang berarti di antara, sedangkan lego berarti memilih. Sehingga inteligensi pada
mulanya mempunyai pengertian kemampuan untuk memilih suatu penalaran terhadap
fakta atau kebenaran.
Menurut W. Stem dalam Abu Ahmadidan Widodo Supriyono mengemukakan
inteligensi
adalah suatu daya jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat di
dalam situasi yang baru. Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk
bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi
lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa
inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir
secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara
langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang
merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Menurut Wangmuba inteligensi merupakan suatu konsep mengenai
kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam
kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik.
Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi
yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau ketrampilan tertentu
setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat atau Aptitude. Karena
suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan
khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi.
K. Buhler mengatakan bahwa inteligensi adalah perbuatan
yang disertai dengan pemahaman atau pengertian. David Wechster (1986).
Definisinya mengenai inteligensi mula-mula sebagai kapasitas untuk mengerti ungkapan dan
kemauan akal budi untuk mengatasi tantangan-tantangannya. Namun di lain kesempatan
ia mengatakan bahwa inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir
secara rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Beberapa pakar
menyebutkan bahwa inteligensi sebagai keahlian untuk memecahkan masalah.
Inteligensi merupakan potensi bawaan yang sering dikaitkan dengan berhasil
tidaknya anak belajar disekolah. Dengan kata lain, intilegensi di anggap sebagai
faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya anak disekolah. Kecerdasan
(Inteligensi) secara umum dipahami pada dua tingkat yakni: kecerdasan sebagai
suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan
kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah
yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian
pengetahuan pun bertambah. Sternberg dalam Santrock mengatakan bahwa secara
umum inteligensi
dibedakan menjadi 3 di antaranya :
1.
Inteliginsi Analitis
Yaitu kecerdasan yang lebih cenderung dalam proses
penilaian objektif dalam suatu pembelajaran dalam setiap pelajaran, selalu
mendapatkan nilai yang bagus dalam setiap hasil ujian. Misalnya: seorang
individu dalam ujian disetiap pelajarannya selalu mendapatkan nilai di atas
rata-rata.
2.
Inteligensi
Kreatif
Yaitu kecerdasan yang lebih cenderung pada sifat-sifat
yang unik, merancang hal-hal yang baru. Misalnya, seorang peserta didik di instrusikan untuk
menuliskan kata “P O H O N” oleh gurunya, tetapi jawaban seorang individu yang
kreatif dengan menggambarkan sebuah pohon.
3.
Inteligensi
Praktis
Yaitu kecerdasan yang berfokus pada kemampuan untuk
menggunakan, menerapkan, mengimplementasikan, dan mempraktikan. Misalnya:
seorang individu mendapatkan skor rendah dalam tes IQ tradisional, tetapi
dengan cepat memahami masalah dalam kehidupan nyata, contohnya dalam
pembelajaran praktikum di laboratorium, akan cepat memahami karena dibantu
dengan berbagai peralatan dan media.
2.
Jenis - jenis Inteligensi
Ada beberapa jenis inteligensi, antara lain :
a.
Inteligensi
keterampilan verbal
Yaitu kemampuan untuk berpikir dengan kata-kata dan
menggunakan bahasa untuk mengungkapkan makna. Contohnya: seorang anak harus
berpikir secara logis dan abstrak untuk menjawab sejumlah pertanyaan tentang
bagaimana beberapa hal bisa menjadi mirip. Contoh pertanyaannya “Apa persamaan
Singa dan Harimau”?. Cenderung arah profesinya menjadi: (penulis, jurnalis,
pembicara).
b.
Inteligensi
keterampilan matematis
Yaitu kemampuan untuk menjalankan operasi matematis.
Peserta didik dengan kecerdasan logical mathematical yang tinggi memperlihatkan
minat yang besar terhadap kegiatan eksplorasi. Mereka sering bertanya tentang
berbagai fenomena yang dilihatnya. Mereka menuntut penjelasan logis dari setiap
pertanyaan. Selain itu mereka juga suka mengklasifikasikan benda dan senang
berhitung. Cenderung profesinya menjadi: (ilmuwan, insinyur, akuntan)
c.
Inteligensi
kemampuan ruang
Yaitu kemampuan untuk berpikir secara tiga dimensi.
Cenderung berpikir secara visual. Mereka kaya dengan khayalan internal
(Internal imagery) sehingga cenderung imaginatif dan kreatif. Contohnya seorang anak harus
menyusun serangkaian balok dan mewarnai agar sama dengan rancangan yang
ditunjukan penguji. Koordinasi visual-motorik, organisasi persepsi, dan
kemampuan untuk memvisualisasi dinilai secara terpisah. Cenderung menjadi
profesi arsitek, seniman, pelaut.
d.
Inteligensi
kemampuan musical
Yaitu kepekaan terhadap pola tangga nada, lagu, ritme,
dan mengingat nada-nada. Ia juga dapat mentransformasikan kata-kata menjadi
lagu, dan menciptakan berbagai permainan musik. Mereka pintar melantunkan beat
lagu dengan baik dan benar. Mereka pandai menggunakan kosa kata musical, dan
peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau warna suara dalam sebuah komposisi
musik.
e.
Inteligensi
Keterampilan kinestetik tubuh
Yaitu kemampuan untuk memanipulasi objek dan mahir
sebagai tenaga fisik. Senang bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki control
pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan ke anggunan dalam bergerak.
Mereka mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya. Cenderung berprofesi menjadi
ahli bedah, seniman yang ahli, penari.
f.
Inteligensi
Keterampilan intrapersonal
Yaitu kemampuan untuk memahami diri sendiri dengan
efektif mengarahkan hidup seseorang. Memiliki kepekaan perasaan dalam situasi
yang tengah berlangsung, memahami diri sendiri, dan mampu mengendalikan diri
dalam konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak
dapat dilakukan dalam lingkungan social. Mereka mengetahui kepada siapa harus
meminta bantuan saat memerlukan. Cenderung berprofesi menjadi teolog, psikolog.
g.
Inteligensi
keterampilan interpersonal
Yaitu kemampuan untuk memahami dan secara efektif
berinteraksi dengan orang lain. Pintar menjalin hubungan social, serta mampu
mengetahui dan menggunakan beragam cara saat berinteraksi. Mereka juga mampu
merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku dan harapan orang lain, serta mampu
bekerja sama dengan orang lain.
h.
Inteligensi
keterampilan naturalis
Yaitu kemampuan
untuk mengamati pola di alam serta memahami system buatan manusia dan alam.
Menonjol ketertarikan yang sangat besar terhadap alam sekitar, termasuk pada
binatang, diusia yang sangat dini. Mereka menikmati benda-benda dan cerita yang
berkaitan dengan fenomena alam, misalnya terjadinya awan, dan hujan, asal-usul
binatang, peumbuhan tanaman, dan tata surya.
i.
Inteligensi
emosional
Yaitu kemampuan untuk merasakan dan mengungkapkan emosi secara
akurat dan adaptif (seperti memahami persfektif orang lain).
Orang yang berjasa menemukan tes inteligensi pertama kali ialah
seorang dokter bangsa Prancis Alfred Binet dan pembantunya Simon. Tesnya
terkenal dengan nama tes Tes Binet-Simon. Seri tes dari Binet-Simon ini,
pertama kali di umumkan antara 1908-1911 yang diberi nama : “Chelle Matrique de
l’inteligence” atau skala pengukur kecerdasan. Tes binet-simon terdiri dari
sekumpulan pertanyaan-pertanyaan yang telah dikelompok-kelompokkan menurut umur
(untuk anak-anak umur 3-15 tahun). Pertanyaan-pertanyaaan itu sengaja dibuat
mengenai segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan pelajaran di sekolah.
Seperti mengulang kalimat, dengan tes semacam inilah usia seseorang di ukur atau
ditentukan. Dari hasil tes itu ternyata tidak tentu bahwa usia kecerdasan itu
sama dengan usia sebenarnya (usia kalender). Sehingga dengan demikian kita
dapat melihat adanya perbedaan-perbedaan IQ (Inteligentie Quotient) pada
tiap-tiap orang/anak.
Dewasa ini perkembangan tes itu demikian majunya sehingga sekarang
terdapat beratus-ratus macam tes, baik yang berupa tes verbal maupun nonverbal.
Juga di negeri kita sudah mulai banyak dipergunakan tes, dalam lapangan
pendidikan maupun dalam memilih jabatan-jabatan tertentu. Klasifikasi IQ antara
lain :
Ø Genius 140 ke atas
Ø Sangat Cerdas 130-139
Ø Cerdas (superior) 120-12
Ø Di atas rata-rata 110-119
Ø Rata-rata 90-109
Ø Di bawah rata-rata 80-89
Ø Garis Batas 70-79
Ø Moron 50-69
Ø Imbisil, Idiot 49 ke bawah
3.
Faktor
yang mempengaruhi Inteligensi
Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap individu
memiliki tingkat inteligensi yang berbeda.Perbedaan inteligensi itu, dipengaruhi
oleh faktor-faktor sebagai berikut :
a.
Pengaruh
faktor bawaan
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu yang
berasal dari suatu keluarga, atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka
berkolerasi tinggi ( + 0,50 ) orang yang kembar ( + 0,90 )
yang tidak bersanak saudara ( + 0,20 ), anak yang di adopsi
korelasi dengan orang tua angkatnya ( + 0,10 – +0,20 ).
b.
Pengaruh
faktor lingkungan
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Oleh
karena itu ada hubungan antara pemberian makanan bergizi dengan intelegensi
seseorang. Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh
lingkungan yang amat penting selain guru, rangsangan-rangsangan yang bersifat
kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting,
seperti pendidikan, latihan berbagai keterampilan, dan lain-lain (khususnya
pada masa-masa peka). Ada beberapa lingkungan yang berpengaruh terhadap
inteligensi,
antara lain :
·
Lingkungan
keluarga;
·
Pengalaman
pendidikan.
c.
Stabilitas
inteIigensi dan IQ
Inteligensi bukanlah IQ. Inteligensi merupakan suatu konsep umum tentang kemampuan individu, sedang
IQ hanyalah hasil dari suatu tes inteligensi itu (yang notabene hanya mengukur sebagai
kelompok dari inteligensi). Stabilitas inteligensi tergantung perkembangan organik otak.
d.
Pengaruh
faktor kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang
jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya (berkaitan erat dengan
umur).
e.
Pengaruh
faktor pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan inteligensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja (seperti disekolah)
dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).
f.
Minat
dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan
dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan
(motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Apa
yang menarik minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih
baik.
g.
Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang
tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih
metode, juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.
Semua faktor tersebut di atas bersangkutan satu sama lain. Untuk
menentukan inteligensi atau tidaknya seseorang, kita tidak dapat hanya berpedoman
kepada salah satu faktor tersebut, karena inteligensi adalah faktor total. Keseluruhan pribadi
turut serta menentukan dalam perbuatan inteligensi seseorang.
4.
Beberapa
hal yang berhubungan dengan Inteligensi
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam masalah inteligensi, antara lain :
a.
Inteligensi
Dengan Bakat
Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kamampuan
umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dalam kemampuan yang
umum ini terdapat keampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan ini
memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya
pengetahuan, kecakapan, atau keterampilan tertentu setelah melalui suatu
latihan. Inilah yang disebut bakat atau aptitude. Karena suatu tes inteligensi
tidak dirancang khusus untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka
bakat tidak dengan segera diketahui lewat tes inteligensi. Demikian juga,
karena rangsang lingkungan dengan tidak sadar selalu di arahkan pada
kemampuan-kemampuan khusus ini maka bakat tidak selalu dengan sendirinya
menampakkan diri.
Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut
aptitude test atau tes bakat. Karena sifatnya khusus, maka tes ini dirancang
khusus untuk mengungkap kemampuan yang amat spesifik.
b.
Inteligensi
dan Kreativitas
Kreatifitas merupakan salah satu ciri
dari perilaku yang inteligen karena keativitas juga merupakan manifestsi dari
suatu proses kognitif, meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dengan
inteligensi tidak selalu menunjukkan keselarasannya. Walaupun
ada anggapan kreatifitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan
inteligensi, tetapi bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian tidak mendukung
pendapat itu. Skor IQ yang rendah memang di ikuti tingkat kreativitas
yang rendah, namun semakin tinggi skor IQ tidak selalu di ikuti oleh
tingkat keativitas yang tinggi. Sampai pada skor IQ tertentu, masih dapat
korelasi yang cukup berarti.
Permasalahan di atas menimbulkan banyak pertanyaan mengapa ini
terjadi. Salah satu jawabannya diberikan oleh J. P. Guilfrod. Ia menjelaskan
bahwa kreatifitas adalah suatu proses berfikir yang bersifat divergen, yaitu
kemampuan untuk memberikan alternatif jawaban berdasarkan informasi yang
diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses
berfikir yang bersifat konvergen, yakni kemampuan untuk memberikan satu jawaban
atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan
c.
Hubungan
inteligensi dengan kehidupan
Memang kecerdasan/intelegensi seseorang memainkan
peranan yang penting dalam kehidupannya. Akan tetapi kehidupan adalah sangat
kompleks, inteligensi bukan satu-satunya faktor yang menentukan sukses tidaknya
kehidupan seseorang. Banyak lagi faktor yang lain, seperti faktor kesehatan dan
ada tidaknya kesempatan. Orang yang sakit-sakitan saja meskipun inteligensinya tinggi dapat
gagal dalam usaha mengembangkan dirinya dalam kehidupannya. Demikian pula
meskipun cerdas jika tidak ada kesempatan mengembangkan dirirnya dapat gagal
pula.
Juga watak (pribadi) seseorang sangat berpengaruh dan turut
menentukan. Banyak di antara orang-orang yang sebenarnya memiliki inteligensi yang cukup tinggi,
tetapi tidak mendapat kemajuan dalam kehidupannya. Ini disebabkan karena
misalnya, kekurangan-mampuan bergaul dengan orang-orang lain dalam masyarakat, atau kurang
memiliki cita-cita yang tinggi, sehingga tidak/kurang adanya usaha untuk
mencapainya.
Sebaliknya, ada pula seorang yang sebenarnya memiliki inteligensi yang sedang saja,
dapat lebih maju dan mendapat kehidupan yang lebih layak berkat ketekunan dan
ke uletannya dan tidak banyak faktor-faktor yang menggangggu atau yang
merintanginya. Akan tetapi, intelejensi yang rendah
menghambat pula usaha seseorang untuk maju dan berkembang. Meskipun orang itu ulet
dan bertekun dalam usahanya. Sebagai kesimpulan dapat kita katakan: Kecerdasan
atau intelijensi
seseorang memberi kemungkinan bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu
dalam kehidupannya. Sampai dimana kemungkinan tadi dapat direalisasikan,
tergantung pula kepada kehendak dan pribadi serta kesempatan yang ada. Jelaslah
sekarang bahwa tidak terdapat korelasi yang tetap antara tingkatan inteligensi dengan tingkat
kehidupan seseorang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam
pembahasan Inteligensi memang harus benar-benar dipahami secara teliti biar kita
semua bisa tahu apa Inteligensi itu sendiri. Yang lebih penting lagi yang harus dipahami
secara detail dalam pembagian kecerdasan/tingkat kecerdasan, dengan memahami
tingkat kecerdasan itu kita bisa tahu bahwa dalam diri kita ini ada kecerdasan
yang tidak pernah kita sadari meski dalam sekolah-sekolah kita tidak pernah
mendapatkan rangking, orang selalu menganggap bahwa orang yang cerdas adalah
orang yang dapat rangking kelas dan yang bisa jawab soal ujian, namun orang
yang mampu dalam menghias, main musik tidak di anggap kecerdasan. Dari
itu, sangat perlulah kita memahami inteligensi dan tingkat inteligensi sehingga tidak ada
kesalahpahaman dalam mengartikan inteligensi itu sendiri.
Inteligensi juga mempunyai
hubungan dan perbedaan dengan bakat maupun kreativitas, tapi yang perlu kita
ketahui, bakat dan kreativitas adalah hasil yang didapat dari inteligensi itu sendiri.
B. Saran
Berdasarkan kenyataan dilapangan, kita
dapat menemukan beberapa pengajar yang masih kurang memperhatikan dalam
pengembangan inteligensi anak didiknya, maka dari itu kita sebagai calon-calon
pendidik masa depan harus mempersiapkan sejak dini rencana-rencana pengajaran
yang merujuk pada pengembangan inteligensi sehingga kreativitas anak-anak didik
mengalami kemajuan dimasa yang akan datang.
Dari hasil makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua
umumnya kami pribadi. Dan segala yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk
datangnya dari diri saya. Penyusun sadar bahwa makalah kami ini jauh dari kata
sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harapkan saran dan kritik nya
yang bersifat membangun, untuk perbaikan karya ilmiah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
John, W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta :
Kencana, 2011, cet-4, hal : 134
Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi
Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 1991, hal : 32
Dikutip dari : http://yogieaffandi.blogspot.com/2011/09/pengertian-intelegensi.html,
17-11-2012
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta :
Rineka Cipta, 2011, hal : 135
Fauziah Nasution, Psikologi Umum, Fakultas Tarbiyah : IAIN
SU, 2011, hal : 47-48
Dikutip dari : http://rudisiswoyo89.blogspot.co.id/2013/11/makalah-intelegensi.html, 08-12-2015
Dikutip dari : http://laili-masruroh.blogspot.co.id/2013/01/makalah-intelegensi.html, 08-12-2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar